Hai bro dan sis sobat Mbah Loger sekalian…
Semoga bro dan sis selalu dalam keadaan yang sehat walafiat dan tidak kekurangan sesuatu apapun…
Saat ini kita coba pelajari bagaimana pengolahan data resistivity 1D atau yang biasa disebut “sounding”. Pengolahan data resistivity 1D atau sounding ini umumnya digunakan dalam kegiatan eksplorasi bahan galian C seperti pasir, batu andesit, lempung dan lainnya, sering pula digunakan dalam kegiatan eksplorasi air tanah atau mencari lapisan aquifer.
Kali ini Mbah Loger akan mencoba melakukan pengolahan data resistivity dengan bantuan Software Progress v3.0 buatan pak Bagus Indrajana S.Si. Untuk yang versi 3.0 ini, hanya bisa digunakan untuk pengolahan data 1D dengan konfigurasi bentangan Schlumberger, Wenner, Dipole – dipole, Equatorial Dipole, Azimuthal Dipole, Radial Dipole, Perpendicular Dipole dan Parallel Dipole.

Welcome Note Software Progress v3.0

Tampilan Menu, Toolbar serta Window

Tampilan Awal Software Progress v3.0
Sebagai tahap awal, masukkanlah data resistivity yang didapat dari lapangan kedalam window Observed Data, dimana 2 kolom yang diisi adalah “spacing”dan “observed data”.
Spacing atau “a” pada konfigurasi Wenner merupakan jarak antar elektroda potensial (M-N) atau jarak dari elektroda arus ke elektroda potensial terdekat (A-M atau B-N). Sedangkan pada konfigurasi Schlumberger, spacing ini disebut “AB/2” atau ½ jarak antara elektroda arus terluar (1/2 jarak A-B).
Sedangkan “Observed Data” merupakan nilai resistivitas semu yang diukur dilapangan.

Ilustrasi Bentangan Elektroda Wenner dan Schlumberger ( http://file.scirp.org/Html/8-9401345%5Cebc5c3b3-8235-4cc2-9f21-73347e3a3bda.jpg)

Setelah data dimasukkan kedalam window Observed Data, simpan file tersebut, File > Save as

Dalam hal ini disimpan nama filenya: KR_01

Selanjutnya, kita rubah konfigurasi bentangan data resistivity sesuai dengan konfigurasi yang dilapangan, dalam hal ini kita gunakan konfigurasi Wenner. Pilih menu Configurations > Wenner

Atau bisa klik toolbar Wn seperti contoh dibawah ini

Selanjutnya kita pindah ke window Forward Modeling

Pada window Forward Modeling, kita melakukan perkiraan ada berapakah lapisan batuan berdasarkan kurva resistivity yang sudah diinput datanya, kemudian perkiraan kedalaman dari masing – masing lapisan tersebut serta perkiraan nilai resistivitas semu lapisan – lapisan tersebut.

Bung AS memperkirakan ada 4 – 5 lapisan batuan, untuk lapisan 1 nilainya tidak jauh dari nilai resistivity data pertama, kita coba masukkan nilai resistivity 110 Ωm, lapisan 2 memiliki nilai lebih rendah dari lapisan 1 karena terlihat dari kurva resistivitynya menurun, kita coba masukkan angka kedalaman 2 m dan nilai resistivity 60 Ωm, lalu klik Forward Processing
, hasilnya terdapat kurva warna kuning dan biru.
, hasilnya terdapat kurva warna kuning dan biru.
Titik biru pada grafik resistivity merupakan data pengukuran dilapangan, sedangkan kurva kuning merupakan kurva pemodelan dari data lapangan, sedangkan grafik biru merupakan parameter model (kedalaman dan resistivitas semu).
Untuk penentuan angka – angka model parameter kedalaman dan nilai resistivitas semu, kita selaku interpreter harus sering melakukan uji coba sejumlah angka hingga akhirnya didapatkan kecocokan atau mendekati kecocokan antara data pengukuran di lapangan (titik biru) dengan kurva pemodelan resistivity (kurva kuning).

Selanjutnya lapisan ke 3 terlihat dari trend titik – titik data lapangan cenderung menurun lagi disbanding lapisan ke 2, oleh karena itu nilai resistivity lapisan 3 diperkirakan lebih rendah dari lapisan ke 2, kita coba masukkan angka 30 Ωm dan kedalaman 5 m, lalu klik Forward Processing 

Terlihat kurva pemodelan bertambah turun, dan grafik model parameter bertambah 1 trap lagi karena ada penambahan 1 lapisan lagi.

Untuk lapisan ke 4, terlihat data resistivity lapangan menunjukkan kenaikan sehingga untuk lapisan ke 4 nilainya akan jauh lebih tinggi dari lapisan ke 3, kita coba masukkan angka 300 Ωm dan kedalaman 13 m, lalu klik Forward Processing
. Terlihat kurva model resistivity berubah menjadi naik, dan terdapat penambahan trap untuk grafik model parameter.
. Terlihat kurva model resistivity berubah menjadi naik, dan terdapat penambahan trap untuk grafik model parameter.
Selanjutnya untuk lapisan ke 5, terlihat terdapat penurunan dari data resitivity lapangan, sehingga diperkirakan nilai resisvitas lapisan ke 5 itu lebih rendah dari lapisan ke 4 namun lebih tinggi dari lapisan ke 3, kita coba masukkan angka 60 Ωm dan kedalaman 30 m, lalu klik Forward Processing
.
.
Setelah kita anggap hasil Forward Modeling yang kita lakukan sudah mendekati atau berhimpit dengan titik – titik kurva resistivity lapangan, langkah selanjutnya adalah melakukan Inverse Modeling.
Mula – mula kita klik window Inverse Modeling 

Akan muncul tampilan window Inverse Modeling yang isi awalnya sama dengan yang ada di window Forward Modeling, namun di window Inverse Modeling kita tidak bisa melakukan perubahan atau edit nilai kedalaman dan nilai resitivity yang terdapat dalam kolom Model Parameter.
Pada window Inverse Modeling ini kita hanya melakukan “penyesuaian” atau “menghimpitkan” antara titik – titik data resistivity yang diambil dilapangan dengan kurva resistivity modeling semaksimal mungkin saling berhimpitan, hal ini bisa juga dilihat nilai dari RMS (Root Mean Square) antara sebelum dan sesudah dilakukannya proses Inverse Processing.
Secara default, setiap kali kita melakukan proses Inverse Processing, maka software Progress akan melakukan pengulangan (Iteration) “penyesuaian/menghimpitkan” sebanyak 10x, jika kita ingin ubah bisa dilakukan pada toolbar Max Iteration, serta jika ingin menggunkan niali RMS cut off bisa diubah pada toobar RMS cut off


Dalam hal ini bung AS hanya melakukan proses Inverses Processing dengan mengklik Inverse Procesing
sebanyak 1x, dan hasilnya seperti gambar dibawah.
sebanyak 1x, dan hasilnya seperti gambar dibawah.
Terlihat terdapat perubahan RMS sebelum dilakukan Inverse Modeling sebesar 5,5155 % dan setelah dilakukan proses Inverse Modeling RMS nya berubah menjadi 3,3437 %.



Setelah dianggap sudah sesuai dengan interpretasi kita, nilai Depth dan Resistivity hasil Inverse Procesing pada window Inverse Modeling, kita catat dan kemudian angka – angka tersebut kita ketik pada kolom Depth dan Resistivity di window Forward Modeling

Setelah selesai diketik angka – angka hasil Inverse Procesing pada window Forward Modeling jangan lupa klik Forward Processing
. Hasilnya adalah seperti gambar dibawah ini.
. Hasilnya adalah seperti gambar dibawah ini.
Hasil akhir dari proses pengolahan data resistivity ini bisa kita lihat pada window Interpreted Data 


Hasil keseluruhan pada window Interpreted Data, bisa kita simpan dalam bentuk file image dengan format .bmp dengan cara klik File > Print To File

Dalam hal ini disimpan dengan nama file: KR_01.bmp

Oke sekian dulu pembahasan mengenai pengolahan data resistivity 1D dengan bantuan software Progress v3.0.
Sebagai pengingat bahwa pengolahan data tersebut tidaklah selalu akurat dengan kenyataan kondisi dilapangannya. Dalam 1 data yang sama saja, bisa dihasilkan beberapa hasil interpretasi yang berbeda, sehingga bung AS sekedar mengingatkan bahwa belum tentu hasil RMS yang kecil adalah paling tepat. Karena banyak hal yang mempengaruhinya seperti kualitas data, teknik pengolahan dan interpretasi serta keragaman kondisi lapangan
Next time kita bahas menginterpretasi makna angka – angka resistivity hasil pengolahan tersebut dengan kondisi geologi yang ada.
Tetap semangat “and Keep Exploring the Earth”
Sumber by: bung AS

